Dunia pendidikan Indonesia kembali menapaki babak baru di tahun 2025. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) secara resmi meluncurkan panduan terbaru mengenai pelaksanaan kegiatan kokurikuler bagi jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Dasar, hingga Pendidikan Menengah .
Langkah strategis ini diambil untuk memastikan bahwa proses pendidikan di sekolah tidak hanya berkutat pada pencapaian akademis semata, melainkan juga menyentuh aspek pembentukan karakter dan kompetensi murid secara utuh. Sekolah kini bersiap mengimplementasikan panduan ini guna menciptakan ekosistem belajar yang lebih relevan dan bermakna.
Transformasi Kokurikuler: Lebih dari Sekadar Tambahan Jam
Dalam panduan terbaru ini, kokurikuler didefinisikan secara tegas sebagai kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk penguatan, pendalaman, dan/atau pengayaan kegiatan intrakurikuler. Kegiatan ini dirancang khusus dalam rangka pengembangan karakter dan kompetensi murid.
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Prof. Dr. Toni Toharudin, S.Si., M.Sc., dalam pengantarnya menyampaikan bahwa kokurikuler dimaksudkan untuk membuka ruang yang lebih fleksibel bagi satuan pendidikan. Fleksibilitas ini memungkinkan sekolah mengembangkan kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan belajar murid serta menanamkan nilai-nilai khas yang dimiliki oleh sekolah.
Berbeda dengan persepsi lama yang menganggap kokurikuler hanya sebagai tugas tambahan, paradigma tahun 2025 menempatkan kokurikuler sebagai jembatan strategis. Kegiatan ini menghubungkan pembelajaran konseptual di dalam kelas dengan penerapannya di kehidupan nyata, sehingga murid dapat mengembangkan kompetensi secara lebih kontekstual.
Mengusung Konsep Deep Learning
Pembaruan paling mendasar dalam pelaksanaan kokurikuler tahun ini adalah adopsi konsep "Pembelajaran Mendalam" (Deep Learning). Sebagaimana didefinisikan oleh Kemendikdasmen (2025), pendekatan ini memuliakan manusia dengan menekankan penciptaan suasana belajar yang mencakup tiga elemen utama: berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful).
Artinya, dalam pelaksanaannya nanti, kegiatan kokurikuler tidak boleh menjadi beban yang menekan murid. Sebaliknya, kegiatan ini harus melibatkan olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga secara holistik dan terpadu. Murid tidak hanya diajak memahami konsep, tetapi juga dilibatkan secara emosional dan sosial untuk memahami, mengaplikasi, merefleksikan, dan bertindak .
Target Capaian: 8 Dimensi Profil Lulusan
Pelaksanaan kokurikuler tidak dilakukan tanpa arah. Seluruh kegiatan yang dirancang sekolah akan bermuara pada penguatan 8 Dimensi Profil Lulusan. Delapan dimensi ini merupakan representasi dari kompetensi dan karakter yang ingin dibangun dalam diri setiap anak Indonesia, yaitu :
- Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa: Membangun individu yang meyakini dan mengamalkan ajaran agama serta berakhlak mulia.
- Kewargaan: Mencetak individu yang bangga akan identitas bangsa, menghargai keberagaman, dan menjaga persatuan.
- Penalaran Kritis: Mengembangkan rasa ingin tahu, kemampuan berpikir logis, analitis, dan penyelesaian masalah.
- Kreativitas: Mendorong kemampuan menciptakan inovasi dan solusi produktif.
- Kolaborasi: Membiasakan diri untuk peduli, berbagi, dan bekerja sama dengan lingkungan sekitar.
- Kemandirian: Membentuk pribadi yang bertanggung jawab dan adaptif.
- Kesehatan: Menjalankan pola hidup bersih dan sehat, baik fisik maupun mental.
- Komunikasi: Mengasah kemampuan menyimak, berbicara, dan menulis dengan baik serta etis.
Tiga Strategi Pelaksanaan di Lapangan
Untuk mencapai dimensi profil lulusan tersebut, panduan memberikan otonomi kepada sekolah untuk memilih dan merancang kegiatan melalui tiga pendekatan utama:
1. Pembelajaran Kolaboratif Lintas Disiplin Ilmu Sekolah akan mengintegrasikan dua atau lebih mata pelajaran dalam satu tema proyek yang relevan. Tujuannya adalah membantu murid melihat keterkaitan antarilmu. Misalnya, tema "Lingkunganku Sehat, Aku Kuat" dapat menggabungkan pelajaran IPAS (mengamati lingkungan), Matematika (mengolah data sampah), dan Bahasa Indonesia (membuat laporan kampanye) .
2. Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (7 KAIH) Ini adalah pendekatan berbasis pembiasaan (habitualisasi). Sekolah akan menggalakkan tujuh kebiasaan positif secara rutin dan terencana, yang meliputi: (1) Bangun pagi; (2) Beribadah; (3) Berolahraga; (4) Makan sehat dan bergizi; (5) Gemar belajar; (6) Bermasyarakat; dan (7) Tidur cepat . Gerakan ini bukan sekadar slogan, melainkan bagian dari proses pendidikan karakter yang sistematis.
3. Pendekatan "Cara Lainnya"Sekolah juga dapat mengembangkan kokurikuler berbasis nilai-nilai khas satuan pendidikan atau potensi lokal. Contohnya, sekolah di daerah pengrajin dapat mengadakan kelas membatik, atau sekolah berbasis keagamaan dapat memperdalam nilai religius melalui kegiatan rutin mingguan .
Kolaborasi Catur Pusat Pendidikan
Keberhasilan implementasi kokurikuler 2025 tidak dapat ditanggung oleh sekolah sendirian. [cite_start]Panduan menegaskan pentingnya kemitraan dalam Catur Pusat Pendidikan, yang terdiri dari Satuan Pendidikan, Keluarga, Masyarakat, dan Media.
Pihak sekolah berharap peran serta aktif dari orang tua di rumah. Keluarga memiliki andil besar dalam membimbing anak menanamkan nilai-nilai dasar dan menciptakan ekosistem yang mendukung di rumah. Misalnya, untuk menyukseskan Gerakan 7 KAIH seperti "Tidur Cepat" dan "Bangun Pagi", kontrol dan dukungan orang tua di rumah sangatlah mutlak.
Selain itu, masyarakat dan dunia usaha juga dilibatkan sebagai mitra. Tokoh masyarakat, pelaku UMKM, atau profesional dapat menjadi narasumber tamu untuk memberikan wawasan dunia nyata kepada murid .
Sistem Penilaian dan Pelaporan
Terkait evaluasi, kegiatan kokurikuler memiliki mekanisme asesmen tersendiri yang terpisah dari nilai mata pelajaran intrakurikuler. Asesmen dilakukan secara formatif (selama proses) dan sumatif (di akhir kegiatan) untuk memotret perkembangan karakter murid .
Hasil dari kegiatan ini akan dilaporkan dalam rapor murid pada kolom khusus "Kokurikuler". Laporan ini akan berisi deskripsi tentang kegiatan yang dilakukan serta pencapaian dimensi profil lulusan yang disasar. Deskripsi tersebut akan menggunakan bahasa yang positif dan edukatif, memberikan gambaran ringkas namun bermakna bagi orang tua mengenai perkembangan soft skill anak mereka.
Dengan diberlakukannya panduan ini, sekolah optimis dapat mencetak generasi penerus yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter kuat, tubuh yang sehat, dan kepedulian sosial yang tinggi. Implementasi kokurikuler yang efektif, sederhana, dan relevan diharapkan menjadi kunci transformasi pendidikan di tahun 2025.
Silakan unduh dokumen lengkap di bawah ini
