Laporkan Penyalahgunaan

Blog berisi kumpulan produk hukum Indonesia.

Instruksi Presiden No 2 Tahun 2021 Optimalisasi Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan


INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2021
TENTANG
OPTIMALISASI PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dalam rangka optimalisasi pelaksanaan Program Jaminan Sosial  Ketenagakerjaan dan untuk menjamin perlindungan kepada pekerja dalam Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, dengan ini menginstruksikan:

Kepada :

  1. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan;
  2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
  3. Menteri Ketenagakerjaan;
  4. Menteri Dalam Negeri;
  5. Menteri Luar Negeri;
  6. Menteri Agama;
  7. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia;
  8. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan;
  9. Menteri Keuangan;
  10. Menteri Perindustrian;
  11. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
  12. Menteri Perhubungan;
  13. Menteri Pertanian;
  14. Menteri Kelautan dan  Perikanan;
  15. Menteri Badan Usaha Milik Negara;
  16. Menteri Komunikasi dan  Informatika;
  17. Menteri Koperasi dan  Usaha Kecil dan Menengah;
  18. Menteri Sosial;
  19. Menteri  Desa,   Pembangunan   Daerah  Tertinggal,   dan Transmigrasi;
  20. Kepala  Badan Koordinasi  Penanaman Modal;
  21. Kepala  Badan Nasional Penanggulangan Bencana;
  22. Jaksa Agung;
  23. Direksi     Badan      Penyelenggara     Jaminan       Sosial Ketenagakerjaan;
  24. Para Gubernur;
  25. Para  Bupati/Wali Kota;  dan
  26. Ketua Dewan  Jaminan Sosial  Nasional.


 Instruksi Presiden No 2 Tahun 2021 Optimalisasi Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

Untuk

PERTAMA  :    Mengambil  langkah-langkah  yang   diperlukan  sesuai tugas, fungsi,  dan  kewenangan masing-masing untuk  melakukan optimalisasi pelaksanaan  Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan.

KEDUA       :   Khusus kepada:

1.       Menteri  Koordinator Bidang  Pembangunan Manusia dan Kebudayaan untuk:
        a.  melakukan   koordinasi,    sinkronisasi,    dan pengendalian  pelaksanaan  Instruksi  Presiden  ini; dan
        b.  melaporkan   pelaksanaan   Instruksi    Presiden   ini kepada  Presiden  secara   berkala  setiap  6   (enam) bulan atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.

2.      Menteri  Koordinator  Bidang Perekonomian untuk:
    a.   melakukan   upaya  agar  peserta   penerima  Kredit Usaha Rakyat menjadi peserta aktif dalam Program Jaminan Sosial  Ketenagakerjaan;  dan
    b.   melakukan   penyempurnaan   regulasi   terkait pelaksanaan  Kredit   U saha  Rakyat  dalam  rangka optimalisasi  pelaksanaan   Program J aminan  Sosial Ketenagakerjaan.


3.       Menteri  Ketenagakerjaan  untuk:
    a.   melakukan  evaluasi, pengkajian, dan penyempurnaan  regulasi dalam rangka optimalisasi pelaksanaan  Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan;
    b.   meningkatkan  pengawasan     dan kepatuhan kepada pemberi  pemeriksaan kerja selain  Penyelenggara Negara terhadap Program Jaminan Sosial  Ketenagakerjaan;
    c.  memastikan  pemohon pengurusan  maupun perpanjangan izin di bidang ketenagakerjaan merupakan  peserta  aktif dalam  Program J aminan Sosial  Ketenagakerjaan;
    d.  melakukan  diseminasi  dan  pelayanan  pendaftaran serta pembayaran Program Jaminan  Sosial Ketenagakerjaan    bagi   Pekerja    Migran   Indonesia yang berada di luar  negeri;  dan
    e.  mendorong    peserta    pelatihan    program    vokasi menjadi peserta aktif dalam Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan.


4.      Menteri  Dalam Negeri untuk:
    a.      melakukan   sinkronisasi   regulasi   terkait   norma, standar,  prosedur,  dan kriteria pelayanan publik di daerah dalam rangka memastikan setiap orang terdaftar menjadi peserta aktif Program Jaminan Sosial  Ketenagakerjaan;
    b.      mendorong  Gubernur  dan  Bupati/Wali  Kota  agar seluruh   pekerja   termasuk   pegawai    pemerintah dengan status  Non  Aparatur  Sipil  Negara  di wilayahnya menjadi peserta aktif dalam Program Jaminan Sosial  Ketenagakerjaan;
    c.      menyediakan akses data penduduk berbasis Nomor Induk Kependudukan untuk dapat dimanfaatkan sebagai  data kepesertaan  Program  Jaminan  Sosial Ke tenagakerj aan;
    d.      mendorong Gubernur dan Bupati/Wali  Kota untuk mengalokasikan    anggaran    dalam    rangka optimalisasi  pelaksanaan   Program  J aminan  Sosial Ketenagakerjaan;  dan
    e.       meningkatkan pembinaan dan pengawasan kepada Gubernur        dan      Bupati/Wali        Kota  terkait pelaksanaan  Program Ketenagakerjaan  sesuai Jaminan Sosial dengan  keten tuan peraturan perundang-undangan.

5.      Menteri Luar Negeri untuk:
    a. melakukan diseminasi Program Jaminan  Sosial Ketenagakerjaan kepada perwakilan negara asing  dan organisasi internasional di Indonesia;
    b.  memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam rangka optimalisasi  pelaksanaan  Program Jaminan Sosial     Ketenagakerjaan     bagi  Pekerja  Migran Indonesia yang  berada di luar negeri;  dan
    c.  mendorong  seluruh   pegawai    pemerintah   dengan status Non  Aparatur  Sipil  Negara  di  kedutaan dan kantor perwakilan Republik Indonesia di luar negeri menjadi  peserta aktif dalam Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan.

6.     Menteri Agama  untuk  mengambil langkah-langkah agar pendidik,  tenaga kependidikan,  dan tenaga pendukung lainnya pada satuan  pendidikan di  bawah Kementerian Agama  menjadi  peserta   aktif dalam  Program Jaminan Sosial  Ketenagakerjaan.

7.      Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk:
     a.  mengambil  langkah-langkah   agar   profesi  notaris dan  advokat  menjadi  peserta  aktif dalam  Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan;  dan
    b. menyediakan data badan usaha  untuk  dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan kepesertaan Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan.

8.     Menteri Pendidikan  dan  Kebudayaan untuk mengambil langkah-langkah  agar   pendidik,   tenaga  kependidikan, dan  tenaga pendukung lainnya pada satuan pendidikan baik   formal maupun  non  formal  menjadi  peserta aktif dalam Program Jaminan Sosial  Ketenagakerjaan.

9.     Menteri  Keuangan  untuk   menyinergikan  pemanfaatan data perpajakan dengan data kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial  Ketenagakerjaan untuk meningkatkan kepatuhan wajib  pajak dalam rangka optimalisasi pelaksanaan  Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan     sesuai     dengan    peraturan perundang-undangan.

10.      Menteri Perindustrian untuk:
       a.   menyinergikan data perindustrian dengan data kepesertaan  Badan  Penyelenggara Jaminan  Sosial Ketenagakerjaan untuk dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan kepesertaan sektor industri pada Program Jaminan  Sosial Ketenagakerjaan;
    b.   mendorong   pemberi   kerja   yang    beroperasi    di kawasan  industri  dan   kawasan  ekonomi  khusus untuk    mendaftarkan   pekerjanya   dan     menjadi peserta aktif dalam Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan;  dan
    c.   melakukan pengawasan kepada pemberi kerja yang  beroperasi  di  kawasan industri  dan   kawasan ekonomi  khusus agar  memberikan data serta informasi yang lengkap dan benar terkait pekerjanya dalam rangka optimalisasi pelaksanaan Program Jaminan Sosial  Ketenagakerjaan.


.............

23.      Direksi  Badan  Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan  untuk:

    a. meningkatkan kerja sama dengan Kementerian/ Lembaga  atau  pihak lain  dalam rangka  kampanye dan  sosialisasi (public  education)  Program J aminan Sosial  Ketenagakerjaan;  dan
    b. meningkatkan    kerja    sama    dengan    pemangku  kepen tingan pelayanan, dalam rangka kepatuhan, dan meningkatkan kemudahan pembayaran  iuran   pada  Program  Jaminan   Sosial Ketenagakerjaan.

24.      Para Gubernur untuk:

    a. menyusun  dan menetapkan  regulasi serta mengalokasikan anggaran untuk mendukung pelaksanaan    Program  Jaminan    Sosial Ketenagakerjaan  di wilayahnya;
     b.  mengambil  langkah-langkah  agar  seluruh  pekerja baik penerima upah maupun  bukan penerima upah termasuk pegawai pemerintah dengan status Non Aparatur Sipil  Negara,  dan penyelenggara pemilu di wilayahnya terdaftar sebagai peserta aktif dalam Program  Jaminan  Sosial Ketenagakerjaan;
    c.  meningkatkan pembinaan dan pengawasan kepada Bupati dan Walikota dalam rangka meningkatkan kepatuhan  pelaksanaan  Program Jaminan  Sosial Ketenagakerjaan;
     d.  mendorong    Komisaris/Pengawas, Direksi,  dan pegawai  dari  Badan  Usaha  Milik   Daerah   beserta anak perusahaannya terdaftar sebagai peserta aktif dalam  Program  Jaminan   Sosial   Ketenagakerjaan; dan
     e. melakukan  upaya agar seluruh  Pelayanan Terpadu Satu Pin tu  mensyaratkan kepesertaan aktif Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan sebagai salah satu kelengkapan dokumen pengurusan  izin.

25.      Para Bupati/Wali  Kota untuk:

    a. menyusun  dan menetapkan  regulasi serta mengalokasikan anggaran untuk  mendukung pelaksanaan   Program  Jaminan  Sosial Ketenagakerjaan  di wilayahnya;
     b.  mengambil  langkah-langkah  agar  seluruh  pekerja baik penerima upah maupun bukan penerima upah termasuk pegawai pemerintah dengan status Non Aparatur Sipil  Negara,  dan penyelenggara pemilu di wilayahnya merupakan peserta aktif dalam Program Jaminan  Sosial  Ketenagakerjaan;
     c.  mendorong    Komisaris/Pengawas,  Direksi, dan pegawai   dari   Badan  usaha  Milik   Daerahbeserta anak perusahaannya terdaftar sebagai  peserta aktif Program Jaminan Sosial  Ketenagakerjaan;  dan
    d.  melakukan upaya agar seluruh  Pelayanan Terpadu Satu Pintu/Pelayanan Administrasi Terpadu Kabupaten   mensyaratkan  kepesertaan  aktif Program Jaminan  Sosial  Ketenagakerjaan  sebagai salah  satu kelengkapan dokumen pengurusan izin.


26.  Ketua  Dewan Jaminan  Sosial  Nasional  untuk mengoptimalkan tugas, fungsi, dan wewenang dalam melakukan   kajian   dan   sinkronisasi   regulasi  Sistem Jaminan Sosial Nasional terhadap pelaksanaan Program Jaminan Sosial  Ketenagakerjaan.


KETIGA        :     
Pendanaan untuk optimalisasi pelaksanaan  Program Jaminan Sosial   Ketenagakerjaan   dibebankan  pada  Anggaran Pendapatan  dan  Belanja Negara,  anggaran pendapatan  dan belanja daerah, dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai  dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


KEEMPAT    :    
Melaksanakan Instruksi Presiden ini  dengan penuh tanggung jawab.

Instruksi      Presiden    ini    mulai      berlaku      pada    tanggal dikeluarkan.


Dikeluarkan  di Jakarta

pada tanggal 25  Maret 2021

PRESIDEN  REPUBLIK  INDONESIA, ttd.
JOKO  WIDODO

Salinan sesuai  dengan aslinya SEKRETARIAT KABINET RI Deputi Bidang Pembangunan Manusia  dan Kebudayaan,


Related Posts