Laporkan Penyalahgunaan

Blog berisi kumpulan produk hukum Indonesia.

Sebab-Sebab Anak Suka Berbohong dan Cara Mengatasinya

Seorang Ibu yang mempunyai anak berumur 7 tahun sering mengeluh kepada tetangganya, kalau anaknya akhir-akhir ini sering berbohong kepadanya. Si anak sering membawa mainan dari sekolah. Ketika ditanya mainan itu dari mana, si anak menjawab kalau mainan itu diberikan oleh tetangga. Padahal mainan itu diambilnya dari sekolahnya.

anak suka bohong
 Mengapa si anak sampai berbohong kepada orangtuanya ? Kemungkinan besar hal tersebut terjadi karena adanya faktor pendorong dari diri anak.
Mungkin ia menginginkan sebuah mainan tetapi orangtuanya tidak mau memberikannya. Atau mungkin karena si anak ingin mendapatkan perhatian lebih atau bisa jadi karena faktor lingkungan di rumah, sekolah maupun masyarakat yang membentuk karakter dan sifat tidak jujur pada anak. Untuk mencegah kasus-kasus seperti di atas terjadi, ada beberapa hal yang mungkin perlu kita perhatikan bersama dalam pertumbuhan anak, di antaranya :
  • Ajarkanlah anak arti dan nilai kejujuran sejak kecil dengan memberikan contoh dan akibat yang bisa terjadi dari kebohongannya. Jika kebohongan sudah terlanjur terjadi, jangan hukum anak dengan keras tetapi bantulah anak untuk memperbaiki sifatnya agar tidak berbohong lagi. Contoh pada kasus di atas, orangtua harus menyuruh dan menemani anaknya untuk mengembalikan mainan yang telah diambilnya. Bantu anak untuk memperbaiki kesalahannya dengan belajar untuk meminta maaf atas tindakan yang telah dilakukannya.
  • Jangan pernah mencaci ataupun membentak anak karena kebohongannya. Buatlah pernyataan dan kalimat-kalimat yang baik yang memberikan kepercayaan kita dan juga pernyataan bahwa hal yang telah dilakukannya adalah sesuatu yang salah. Contohnya : "Ibu tahu kamu bukan seorang pembohong dan seorang yang suka mengambil kepunyaan orang lain, tapi mengapa kamu mengambil sesuatu yang bukan kepunyaan kamu?" dan seterusnya.
  • Ciptakan suasana lingkungan keluarga yang terbuka. Hal ini akan membuat anak terbuka dan tidak takut untuk mengemukakan pendapat dan perasaannya kepada orangtua maupun saudaranya, sehingga tidak ada hal yang ditutupi oleh anak.
Hal-hal di atas kemungkinan besar dapat membantu anak untuk belajar jujur dan menuju proses menghargai diri sendiri serta orang lain dalam pertumbuhannya menjadi seorang remaja dan dewasa.

Cara Mengatasi Perilaku Buruk Anak


Pernahkah anda merasa jengkel pada anak yang membantah perintah orangtua? Biasanya anak-anak pada usia balita (2-5 tahun) sedang nakal-nakalnya, karena pada usia itu anak-anak senang memikirkan keinginannya sendiri dan tidak memperdulikan omongan orangtuanya. Misalnya, seorang anak berusia 7 tahun setiap kali ibunya menyuruh belajar, jawabannya selalu, "Tidak, nanti aja, Ma!" atau "Nggak ah, lagi malas Ma !". Sikap membantah pada anak sebenarnya wajar-wajar saja. Anak-anak ingin menunjukkan bahwa dirinya berbeda dengan orang tuanya. Sifatnya ini sebenarnya menunjukkan perkembangan daya berpikir anak. Jadi selama orangtua bisa memberikan alasan yang jelas atas setiap larangan atau perintah, anak juga akan mengerti. Banyak hal yang dapat dilakukan orangtua untuk menghadapi sikap dan perilaku anak yang buruk, diantaranya:

1. Berikan perintah yang jelas.
Jangan sekedar mengatakan 'tidak boleh!" atau 'jangan !', tanpa memberikan si anak alasan mengapa Anda menyuruhnya demikian. Misalnya, ketika melarang anak makan di depan pintu, katakan, "Jangan makan di depan pintu, nanti orang tidak bisa lewat!" atau ketika anak melompat-lompat di atas tempat tidur, berikan penjelasan jika ia sering melompat di atas tempat tidur nanti akan ambruk atau tempat tidur akan rusak dan seterusnya. Dengan begitu, anak akan mengerti mengapa anda melarangnya.

2. Buat batasan.
Seorang anak bisa bersikap keras kepala jika dilarang atau diperintah. Hadapilah sikapnya dengan sikap tegas anda, tapi jangan mengomel atau merayunya. Katakan apa yang anda inginkan, tegaskan bahwa si anak harus melakukan apa yang Anda katakan.

3. Jika memungkinkan, berikan pilihan yang jelas.
Misalnya, "Kamu mandi sekarang! Kalau mandinya nanti, airnya sudah keburu habis!", atau ketika seorang anak yang kepergok merokok, katakan, "Kalau kamu merokok nanti paru-parumu jadi rusak", dan sebagainya. Dengan begitu anak akan mengerti apa akibatnya kalau ia tak segera menuruti perintah Anda.

4. Peringatkan lebih awal.
Ketika seorang anak anda sudah terlalu lama bermain dan sudah waktunya untuk tidur, cobalah untuk mengingatkannya lima atau sepuluh menit lebih awal. Dengan begitu, anak anda tahu bahwa sebentar lagi ia harus berhenti bermain. Sehingga ketika saatnya benar-benar tiba, ia tak akan membantah Anda karena ia sudah mempersiapkan dirinya untuk berhenti bermain. Satu hal yang perlu diingat oleh orangtua adalah, bahwa anak tetaplah anak dengan pikiran polosnya. Bagi anak, dunianya penuh dengan kegembiraan dan keceriaan. Sehingga kekerasan bukanlah cara yang tepat untuk menghadapi sikapnya. Cobalah untuk menunjukkan rasa kasih sayang dan dukungan Anda kepadanya.

Related Posts