Laporkan Penyalahgunaan

Blog berisi kumpulan produk hukum Indonesia.

Permendikbud No 75 Tahun 2016 Tentang Komite Sekolah

PERATURAN  MENTERI PENDIDIKAN  DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR    75   TAHUN 2016

TENTANG KOMITE SEKOLAH
DENGAN  RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN  DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang    :  

a.    bahwa untuk  meningkatkan mutu  layanan pendidikan, perlu dilakukan revitalisasi tugas komite sekolah berdasarkan prinsip gotong royong;
b.    bahwa      berdasarkan      pertimbangan      sebagaimana dimaksud  dalam huruf  a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Komite Sekolah;


Permendikbud No 75 Tahun 2016 Tentang Komite Sekolah


Mengingat      :  

  1. Undang-Undang  Nomor 20   Tahun  2003 tentang Sistem Pendidikan     Nasional    (Lembaran     Negara    Republik Indonesia  Tahun  2003 Nomor 78, Tambahan  Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
  2. Undang-Undang  Nomor 23   Tahun  2014  tentang Pemerintahan     Daerah (Lembaran  Negara Republik Indonesia  Tahun  2014 Nomor 157, Tambahan  Lembaran Negara  Republik  Indonesia  Nomor  4586),  sebagaimana telah  diubah  beberapa  kali  terakhir  dengan  Undang- Undang  Nomor 9  Tahun  2015 tentang Perubahan Kedua  atas   Undang-Undang  Nomor 23    Tahun   2014  tentang Pemerintahan     Daerah (Lembaran  Negara Republik Indonesia  Tahun  2015 Nomor 58, Tambahan  Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
  3. Peraturan   Pemerintah  Nomor 19 Tahun  2005  tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran  Negara Republik Indonesia  Tahun  2005 Nomor 41, Tambahan  Lembaran Negara  Republik  Indonesia  Nomor  4496)  sebagaimana telah  diubah  beberapa  kali terakhir  dengan  Peraturan Pemerintah   Nomor 13 Tahun 2015 tentang  Perubahan Kedua  atas Peraturan Pemerintah Nomor 19  Tahun  2005 tentang  Standar  Nasional Pendidikan (Lembaran  Negara Republik  Indonesia  Tahun  2015  Nomor 45,  Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5670);
  4. Peraturan   Pemerintah  Nomor 48 Tahun 2008  tentang Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia  Tahun  2008 Nomor 91, Tambahan  Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4864);
  5. Peraturan   Pemerintah  Nomor 17   Tahun  2010  tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan  Lembaran  Negara Republik Indonesia  Nomor 5105) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah   Nomor 66   Tahun  2010 tentang  Perubahan atas   Peraturan   Pemerintah   Nomor  17    Tahun   2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran    Negara   Republik   Indonesia    Tahun    2010 Nomor   112,   Tambahan    Lembaran    Negara   Republik Indonesia Nomor 5157);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan   :  

PERATURAN     MENTERI   PENDIDIKAN     DAN    KEBUDAYAAN TENTANG  KOMITE  SEKOLAH.

Pasal 1

Dalam Peraturan  Menteri ini yang dimaksud dengan:

  1. Sekolah adalah  satuan  pendidikan formal   yang  terdiri dari Taman Kanak-kanak (TK)/Taman Kanak-kanak Luar Biasa  (TKLB),  Sekolah Dasar  (SD)/Sekolah  Dasar  Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Sekolah Menengah Pertama  Luar  Biasa  (SMPLB),  Sekolah Menengah   Atas   (SMA)/Sekolah   Menengah   Atas   Luar Biasa (SMALB), Sekolah Menengah Kejuruan/ Sekolah Menengah  Kejuruan  Luar  Biasa  (SMKLB),  dan Sekolah Luar Biasa (SLB).
  2. Komite    Sekolah     adalah      lembaga     mandiri     yang beranggotakan orangtua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.
  3. Bantuan  Pendidikan, yang selanjutnya  disebut  dengan Bantuan  adalah  pemberian  berupa  uang/barang/jasa oleh  pemangku kepentingan satuan  pendidikan di  luar peserta didik atau orangtua/walinya,  dengan syarat yang disepakati para pihak.
  4. Pungutan  Pendidikan, yang selanjutnya  disebut  dengan Pungutan  adalah  penarikan  uang  oleh Sekolah kepada peserta didik, orangtua/walinya yang bersifat wajib, mengikat,  serta   jumlah   dan   jangka   waktu pemungutannya ditentukan.
  5. Sumbangan    Pendidikan,    yang   selanjutnya    disebut dengan Sumbangan adalah pemberian berupa uang/barang/jasa  oleh peserta  didik, orangtua/walinya baik perseorangan maupun  bersama-sama,  masyarakat atau   lembaga  secara   sukarela,   dan   tidak  mengikat satuan pendidikan.
  6. Kementerian     adalah    Kementerian     Pendidikan    dan Kebudayaan.
  7. Menteri adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Pasal 2

(1)    Komite Sekolah berkedudukan di setiap Sekolah.
(2)    Komite  Sekolah   berfungsi   dalam   peningkatan   mutu pelayanan pendidikan.
(3)  Komite  Sekolah  menjalankan  fungsinya   secara  gotong royong, demokratis, mandiri, profesional, dan akuntabel.

Pasal 3

(1)    Dalam  melaksanakan   fungsi   sebagaimana   dimaksud dalam Pasal 2, Komite Sekolah bertugas  untuk:
   a.   memberikan pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan terkait:
       1)   kebijakan dan program Sekolah;
       2)   Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah/Rencana  Kerja dan  Anggaran  Sekolah (RAPBS/RKAS);
       3)      kriteria kinerja Sekolah;
       4)      kriteria fasilitas pendidikan di Sekolah; dan
       5)      kriteria kerjasama Sekolah dengan pihak lain.

       b.    menggalang  dana   dan   sumber   daya  pendidikan lainnya  dari  masyarakat  baik perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia industri maupun   pemangku  kepentingan  lainnya  melalui upaya kreatif dan inovatif;
       c.     mengawasi pelayanan pendidikan di  Sekolah sesuai dengan ketentuan  peraturan  perundang-undangan; dan
      d.    menindaklanjuti keluhan, saran, kritik, dan aspirasi dari  peserta  didik, orangtua/wali,  dan masyarakat serta hasil pengamatan Komite Sekolah atas  kinerja Sekolah.

(2)    Upaya kreatif  dan inovatif  sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b  harus memenuhi kelayakan, etika, kesantunan, dan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Pasal 4

(1)    Anggota Komite Sekolah terdiri atas unsur:
a.    orang  tua/wali  dari  siswa  yang  masih  aktif  pada Sekolah yang bersangkutan  paling banyak 50%  (lima puluh persen);
b.    tokoh  masyarakat  paling banyak  30%   (tiga   puluh persen), antara lain:

     1)      memiliki pekerjaan  dan  perilaku  hidup  yang dapat  menjadi panutan  bagi masyarakat setempat; dan/atau
    2)    anggota/pengurus organisasi atau kelompok masyarakat  peduli pendidikan, tidak termasuk anggota/pengurus  organisasi  profesi  pendidik dan pengurus partai politik.

c.    pakar  pendidikan  paling  banyak  30%   (tiga  puluh persen), antara lain:
     1)      pensiunan tenaga pendidik; dan/atau
     2)    orang yang memiliki pengalaman  di  bidang pendidikan.

d.    Persentase  sebagaimana  dimaksud  dalam huruf  a, huruf   b,  dan  huruf   c   menjadi  batas   maksimal sampai dengan jumlah anggota memenuhi 100% (seratus  persen)  yang disesuaikan  dengan  kondisi daerah masing-masing.

(2)    Anggota  Komite Sekolah berjumlah  paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 15  (lima belas) orang.

(3)    Anggota Komite Sekolah tidak dapat berasal dari unsur:

a.    pendidik dan tenaga kependidikan dari Sekolah yang bersangkutan;
b.    penyelenggara Sekolah yang bersangkutan;
c.    pemerintah desa;
d.    forum koordinasi pimpinan kecamatan;
e.     forum koordinasi pimpinan daerah;
f.     anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;  dan/atau
g.    pejabat    pemerintah/pemerintah     daerah   yang membidangi pendidikan.

Pasal 5

Bupati/walikota,    camat,   lurah/kepala    desa   merupakan pembina  seluruh   Komite  Sekolah   sesuai   dengan   wilayah kerjanya.

Pasal 6

(1)   Anggota Komite Sekolah dipilih secara akuntabel dan demokratis melalui rapat orangtua/wali siswa.
(2)    Susunan   kepengurusan  Komite  Sekolah   terdiri   atas ketua,  sekretaris,  dan  bendahara  yang dipilih dari dan oleh  anggota  secara   musyawarah   mufakat   dan/atau melalui pemungutan suara.
(3)    Pengurus  Komite Sekolah sebagaimana  dimaksud  pada ayat (2) ditetapkan oleh kepala Sekolah.
(4)    Ketua  Komite Sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)  diutamakan berasal dari unsur  orangtua/wali  siswa aktif.
(5)    Sekolah yang memiliki siswa kurang dari 200 (dua  ratus) orang   dapat    membentuk    Komite  Sekolah   gabungan dengan Sekolah lain yang sejenis.
(6)   Pembentukan Komite Sekolah gabungan  sebagaimana dimaksud pada ayat (5) difasilitasi oleh dinas pendidikan sesuai kewenangannya.
(7)    Pengurus  Komite Sekolah sebagaimana  dimaksud  pada ayat (3)  tidak boleh merangkap menjadi pengurus  pada Komite Sekolah lainnya.

Pasal 7

(1)    Anggota Komite Sekolah ditetapkan  oleh kepala Sekolah yang bersangkutan.
(2)    Penetapan     Komite   Sekolah    gabungan    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6  ayat (6) ditetapkan  oleh kepala Sekolah   yang   memiliki  jumlah   peserta   didik   paling banyak.
(3)    Komite   Sekolah   yang   telah   ditetapkan   oleh   kepala Sekolah harus menyusun anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD dan ART).
(4)    AD dan ART sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling sedikit memuat hal sebagai berikut:
a.    nama dan tempat kedudukan;
b.    dasar, tujuan dan kegiatan;
c.    keanggotaan dan kepengurusan;
d.    hak dan kewajiban anggota dan pengurus;
e.     keuangan;
f.     mekanisme kerja dan rapat-rapat;
g.    perubahan AD dan ART; dan
h.    pembubaran organisasi.

Pasal 8

(1)    Masa jabatan  keanggotaan  Komite Sekolah paling lama 3 (tiga)  tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu)  kali masa jabatan.
(2)    Keanggotaan Komite Sekolah berakhir apabila:
a.    mengundurkan diri;
b.    meninggal dunia;
c.    tidak      dapat      melaksanakan      tugas      karena berhalangan tetap; atau
d.   dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana kejahatan  berdasarkan  putusan   pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pasal 9

(1)    Komite Sekolah melaksanakan  fungsi dan tugas melalui koordinasi dan konsultasi dengan dewan pendidikan provinsi/dewan pendidikan kabupaten/kota, dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota, dan pemangku kepentingan lainnya.
(2)    Komite  Sekolah dalam melaksanakan  fungsi  dan tugas berkoordinasi  dengan Sekolah yang bersangkutan.

Pasal 10

(1)    Komite   Sekolah  melakukan   penggalangan  dana   dan sumber  daya pendidikan  lainnya untuk  melaksanakan fungsinya  dalam memberikan dukungan  tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan.
(2)    Penggalangan dana dan sumber daya pendidikan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbentuk bantuan dan/atau sumbangan, bukan pungutan.
(3)    Komite Sekolah harus membuat proposal yang diketahui oleh Sekolah sebelum melakukan penggalangan dana dan sumber daya pendidikan lainnya dari masyarakat.
(4)    Hasil  penggalangan  dana   dibukukan   pada   rekening bersama antara Komite Sekolah dan Sekolah.
(5)    Hasil penggalangan dana dapat digunakan antara lain:
a.    menutupi kekurangan biaya satuan pendidikan;
b.    pembiayaan  program/kegiatan  terkait  peningkatan mutu Sekolah yang tidak dianggarkan;
c.    pengembangan sarana prasarana; dan
d.   pembiayaan  kegiatan  operasional  Komite Sekolah dilakukan  secara  wajar dan  harus dipertanggungjawabkan secara transparan.

(6)    Penggunaan   hasil   penggalangan   dana   oleh   Sekolah harus:
a.    mendapat persetujuan dari Komite Sekolah;
b.    dipertanggungjawabkan secara transparan; dan
c.     dilaporkan kepada Komite Sekolah.

Pasal 11

(1)    Penggalangan dana dan sumber daya pendidikan lainnya dalam bentuk bantuan dan/atau  sumbangan tidak boleh bersumber dari:
a.  perusahaan   rokok  dan/atau   lembaga  yang menggunakan     merek    dagang,    logo,   semboyan dan/atau  warna  yang dapat  diasosiasikan  sebagai ciri khas perusahan rokok;
b.    perusahaan  minuman beralkohol dan/atau  lembaga yang menggunakan  merek dagang,  logo, semboyan, dan/atau  warna  yang dapat  diasosiasikan  sebagai ciri khas perusahan minuman beralkohol; dan/atau
c.    partai politik.

(2)   Pembiayaan operasional  Komite Sekolah sebagaimana dimaksud  dalam Pasal 10   ayat (5)  huruf  d, digunakan untuk:
a.    kebutuhan administrasi/alat tulis kantor;
b.    konsumsi rapat pengurus;
c.    transportasi   dalam  rangka   melaksanakan   tugas; dan/atau
d.     kegiatan  lain  yang  disepakati  oleh Komite Sekolah dan Satuan Pendidikan

Pasal 12

Komite Sekolah, baik perseorangan maupun kolektif dilarang:

a.    menjual buku pelajaran, bahan ajar, perlengkapan bahan ajar, pakaian seragam, atau  bahan pakaian seragam di Sekolah;
b.   melakukan pungutan dari peserta didik atau orang tua/walinya;
c.   mencederai integritas evaluasi hasil belajar peserta didik secara langsung atau tidak langsung;
d.   mencederai integritas  seleksi penerimaan  peserta  didik baru secara langsung atau tidak langsung;
e.   melaksanakan  kegiatan  lain yang mencederai integritas Sekolah secara langsung atau tidak langsung;
f.     mengambil   atau  menyiasati keuntungan  ekonomi dari pelaksanaan   kedudukan,   tugas   dan   fungsi    komite Sekolah;
g. memanfaatkan aset Sekolah untuk  kepentingan pribadi/kelompok;
h.    melakukan kegiatan politik praktis di Sekolah; dan/atau
i.     mengambil     keputusan      atau      tindakan      melebihi kedudukan, tugas, dan fungsi Komite Sekolah.

Pasal 13

(1)   Komite Sekolah wajib menyampaikan laporan kepada orangtua/wali peserta didik, masyarakat, dan kepala Sekolah melalui pertemuan berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) semester.
(2)    Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

a.  laporan  kegiatan Komite Sekolah; dan
b.  laporan  hasil  perolehan  penggalangan  dana  dan sumber daya pendidikan lainnya dari masyarakat.

Pasal 14

Komite Sekolah yang telah ada sebelum berlakunya  Peraturan Menteri ini, tetap diakui dan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun harus menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini.

Pasal 15

Pada  saat  Peraturan  Menteri ini mulai berlaku,  Keputusan Menteri  Pendidikan   Nasional   Nomor  044/U/2002   tentang Dewan   Pendidikan    dan    Komite   Sekolah,    dicabut    dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 16

eraturan   Menteri  ini  mulai  berlaku  pada  tanggal diundangkan.

Agar      setiap      orang      mengetahuinya,      memerintahkan pengundangan  Peraturan  Menteri ini dengan penempatannya  dalam Berita Negara Republik Indonesia.


Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30  Desember 2016



MENTERI PENDIDIKAN  DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

MUHADJIR EFFENDY


Related Posts